Laman

Senin, 31 Mei 2010

MEMAHAMI MAKNA SYAHADATAIN

MEMAHAMI MAKNA SYAHADATAIN


“KATAKANLAH : ‘Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak mempunyai anak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.’”(Q.S Al ikhlash : 1-4)

Rosulullah pernah pada sesuatu saat mengumpulkan kaum kerabatnya dari Quraisy di Bukit Saffa. Ketika ditawarkan kepada mereka satu kalimat yang dengannya mereka akan menguasai dunia, mereka mengatakan, “jangankan satu, sepuluhpun kami mau”. Namun ketika mereka diajak pada kalimat syahadat, serta merta mereka menolak dan mencaci maki rosulullah Saw.

Suatu ketika seorang sahabat mendkwahkan kalimat ini kepada sekelompok Arab Baduy, jawab mereka, “Ini adalah kalimat yang dibenci para raja”. Dan sebagian lagi menjawab, “kalimat ini akan membuat para pengikutnya diusir dari kampong halamannya sendiri”. Kisah kabilah lain ketika diajak pada kalimat syahadat, mereka menjawab, “kami telah mengikat perjanjian dengan kabilah Bani Syaiban”. (dikutip dari Kitab Thoriiqud Da’wah, Sayyid Quthb).

Begitulah reaksi yang dating dari mereka yang diajak kembali pada kalimat fitrah ini. Sebuah reaksi yang menunjukan bahwa mereka faham dan mengerti betul hakikat dan konsekuensi apa yang tersurat dan tersirat dalam kalimat syahadat. Apa konsekuensi yang mereka dapatkan jika ingin menjadi barisan pendukung kalimat ini? Dari pemahaman inilah mereka mengambil keputusan menerima atau menolak. Menerima sepenuh hati tanpa penawaran ataupun syarat tertentu.

Suatu kalimat yang sangat mulia dan agung yang disebutkan dalam Al Qur’an sebagai kalimat Toyyibah. Adalah kalimat yang senatiasa akrab dengan lisan seorang muslim. Setiap saat melakukan shalat kita kembali menegaskan komitmen kita untuk taat kepada-Nya melalui kalimat ini. Dengan kalimat ini pulalah kita dapat membedakan antara seorang Abi Jahal yang lahir dan fasih berbahasa Arab menolak ajaran rosul dengan dengan tetap bertahan sebagai sosok orang kafir. Sebaliknya adapula Hamzah, Khalid bin Walid, Abu Sofyan, hongga Cat Steven, musisi Inggris yang telah bersyahadat menjadi Yusuf Islam, atau seorang Margareth Marcus mantan Yahudi menjadi Maryam Jameelah setelah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Demikian kalimat Thoyyibah yang digambarkan dalam Al Qur’an yang tiada lain adalah kalimat syahadat. Kalimat yang memiliki nilai – nilai luhur dan keagungan yang tinggi yang tidak bisa disamakan dengan kalimat – kalimat yang lain. Sebagaimana firman Allah Swt :
.. dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S, At-Taubah : 40)



Urgensi Syahadatin

Dari uraian di atas maka jelaslah bahwa syahadatai yang merupakan pernyataan, persaksian dan sumpah setia kita terhadap Islam merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan kita sehari – hari. Ada tiga alas an utama yang menyebabkan syahadatain menjadi suatu hal yang penting untuk kita pelajari , yaitu :

1. Merupakan gerbang awal pertanda keislaman seseorang
Seorang non-muslim yang ingin masuk Islam, maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah mengucapkan “Dua Kalimat Syahadat” (Syahadatain). Karma syahadatain merupakan suatu pernyataan dirinya terbebas dari segala penghambaan kepada Allah Swt. Dan sekaligus merupakan pernyataan penyerahan dirinya kepada Allah Swt. Inilah kalimat yang akan membawa seseorang kepada keselamatan (islam) dan juga kepada kenikmatan abadi.

2. Merupakan inti/pokok ajaran Islam
Segala macam ibadah, akhlaq, dan syari’at Islam mengacu kepada kalimat ini. Ketika seorang muslim melaksanakan ibadah kepada Allah, pada hakikatnya ia sedang merealisasikan janji dan sumpahnya kepada Allah yang tertuang dalam kalimat ini.

3. Merupakan pembeda seorang muslim dan kafir
Kalimat syahadat membedakan seorang muslim dengan non-moslim (kafir) dalam status maupun balasan yang akan diterimanya dari sisi Allah Swt. Allah akan membalas setiap amal seorang muslim dengan kenikmatan di dunia dan akhirat, sedangkan orang – orang kafir mendapat kesempitan hidup di dunia dan siksaan di akhirat.
”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun….” (Q.S. An Nuur : 39)
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (Q.S. Al Furqaan : 23)

Pengertian ASy-hadu (Bersyahadat)
Kata Asy-hadi mempunyai arti “ saya bersaksi “. Kata ini merupakan suatu bentuk persaksian seorang muslim yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Syahadat mempunyai arti :
 Al i’lanu ( Pernyataan jiwa )
 Al Wa’du ( Janji )
 Al Qasamu ( Sumpah )

Kata syahadat dalam bahasa arab merupakan bentuk fi’il mudhori ( bentuk sekarang dan yang akan datang ). Maka pernyataan, janji dan sumpah seseorang yang telah bersyahadat tidak hanya berlaku pada saat diucapkannya saja, tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ia berlaku mengikat sepanjang hayat, setiap detiknya menuntut pembuktian dari syahadat tersebut ( senantiasa sering berlangsung ). Dengan melihat arti secar bahasa saja, kita sudah bisa dapat merasakan betapa beratnya bobot perkataan “ Asy-Hadu’ yang diucapkan seseorang. Karena dia bukan hanya sekedar pernyataan, janji atau sumpah saja melainkan ketiga-tiganya sekaligus.

Syahadat sebagai pernyataan (Al I'lan)
Bukan sekedar pernyataan 'ya' atau 'tidak' yang menjadi permasalahan, tetapi konsekuensi dibelakang pernyataan ya atau tidak-nyalah yang harus diperhutungkan karna harus ditanggu oleh oleh orang yang membuat pernyataan. ketika seseorang mengucapkan syahadat pada hakikatnya ia sedang mengumumkan proklamasi dirinya terbebas dari semua ikatan kecuali ikatan Allah. sejak saat itu pula ia mengumumkan bahwa ia berbeda dengan yang lainnya. segala atribut dan identitas yang ia sandang kini memcerminkan kini ari proklamasi yang dikumandangkannya. firman Allah Swt :
"...Kalau mereka berpaling, katakanlah (kepadanya) : Saksikanlah bahwa kami adalah orang - orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)." (Q.S. Ali Imran : 64)
pengertian ini nyata terlihat pada diri Umar bin Khattab ketika memilih Islam sebagai jalan hidupnya. seluruh karakter jahiliyah yang selama ini menjadi karakter treade-mark-nya hilang bergantiu menjadi warna islam. atau pada diri mush'ab bin Umair ketika dengan lapang melepaskan semua atribut kemewahan dan kekuasaan jahiliyah yang menjadi haknya. dan pada diri Maryam Jameelah pada saat ia rela menempuh terjal dan cadasnya jalan kehidupan semata untuk membuktikan kemuslimahannya. seperti itulah sepatutnya pribadi muslim memahami konsekuensi syahdatai yang telah diikrarkannya.

Syahadat sebagai janji (Al Wadu)
Hal ini mempunyai keterikatan dengan orang yang mengucapkannya. seseorang yang bersyahadat sebenarnya ia tengah berjanji. janji yang berlaku semenjak ruh masuk ke dalam jasad kita ketika masih dalam rahim hingga hari kiamat kelak. sebagaimana bunyi firman Allah :
"Dan ingatlah ketika Robb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : "Bukankah aku ini Robb-mu?" mereka menjawab, "Betul (Engkau Robb kami) kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang - orang yang lengah terhadap ini (Ke-Esaan Allah)," (Q.S. Al A'raaf:172)

Makna Syahadatain

Pertama : Kalimat Laa Ilaha Ilallaah sebagai Syahadat Uluhiyah
Kalimat Laa berfungsi sebagai nafiy (yang menolak). sedangkan illaha berfungsi sebagai munfiy (yang ditolak). lalu apakah makna dari ilah itu sendiri? ilah memiliki arti memiliki arti - arti yang berkaitan satu sama lain, seperti yang diuraikan oleh Said hawwa, dalam Al Islam : syahadatain dan fenomena kekufuran (jakarta, 1993):
• yang membuat perasaan tenang, seperti dalam kalimat Alihtu ali fulanin (aku merasa tenang pada si Fulan).
• yang sangat dicintai, seperti dalam kalimat Aliharrojulu ila rojul (memfokuskan diri pada seseorang karena ia amat mencintainya).
• yang dimintai seperti dalam kaliamt Aliha rojulu ya'lahu (seseorang memerlukan pertolongan dan menggantungkan dirinya terhadap terhadap sesuatu/seseorang dari kesulitan yang dihadapinya).
• kita tidak dapat berpisah darinya, seperti dalam kalimat Alihal fushailu bi ammihi (gelisahnya anak unta yang mencari ibunya karena berpisah).
• yang diibadahi.

Kedua Mahammadur Rosuulullah sebagai Syahadat Risalah
"Arti pernyataan Muhhamadur Rosuululluah adalah menaati apa yang diperintahkannya, membenarkan , mambenarkan apa yang diucapkannya, menjauhi apa yang dilarang dan dicegahnya untuk diperbuat, dan menyembah Allah hanya dengan cara yang telah disyariakan oleh sunnahnya".(Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab).
"Katakanlah (Muhammad) : Hai umat manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yang hanya milik-Nya kerajaan langit dan bumi. tiada sembahan yang haq selain Dia. yang menghidupkan dan mematikan. maka berimanlah kepada Allah dan Rosil-Nya. yaitu seorang nabi yang ummi (buta aksara), yang beriman kepada Allah dan firman-firman-Nya dan akutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(Q.S. Al A'raaf: 158)
"Sesungguhan terdapat pada diri Rosulullah teladan yang baik." (Q.S. Al Ahzab: 21)
Sehimgga tidak pantas bagi seorang muslim mencintai siapapun (manusia) melebihi kecitaan dan ketaatannya kepada Rosulullah. Hal ini berarti kita sepatutnya menjadikan Muhammad satu-satunya tokoph idola. Siap saja yang mengidolakan tokoh diluar Rosululluah dan kemudian menjadi pengikutnya tidah akan mendatangkan pahala, malah menjerumuskan ke dalam neraka.
Pernah pada suatu ketika Umar bin Khattab berjalan berdua dengan Rosulullah dia berkata “Ya Muhamammad aku mencintai dirimu seperti aku mencintai diriku sendiri”. Kemudian kata Rosulullah, “Engkau belum beriman wahai Umar.” Umar kaget mendengar itu, kemudian ia mengulanginya hingga dua kali dan Rosulullah memberi jawaban serupa. Kemudian Rosulullah berkata, ”Belum beriman seseorang sebelum dia mencintai Rosulnya lebih dari mencintai dirinya sendiri”. Dengan serta merta Umarpun menyambut ucapan Rosulullah, “Ya Muahammad aku mencintai dirimu lebihdari aku mencintai diriku sendiri”. Nampak sekali Umar begitu gembira mengungkapkan rasa pengidolaan dan kecintaannya pada Rosul pada waktu itu.
Baik syahadat Uluhiyyah maupun syahadat Risalah merupakan satu unity yang tidak dapat yang dipisahkan, seorang muslim tidak boleh menerima syahadat Uluhiyyah saja, atau syahadat Risalah saja. Jika seseorang syahadat Uluhiyyah saja berarti dia Ingkat Sunnah (menolak sunnah sebagai salah satu rujukan hukum Islam). Apabila seseorang hanya menerima syahadat, Risalah saja, brarti dia seorang Mohamammadien bukanlah termasuk dari bagian umat Islam.

Penutup
Jika seorang telah bertauhid dan bergantung keppada-Nya secara total dalam keseluruhan hidupnya,” Maka sesungguhnya ia telah ber[egang teguh pada buhul (tali) yang amat kuat yang tidak akn putus…”(Q.S. Al Baqarah : 256).
Dengan pemahaman dan kesadaran seperti inilah maka para sahabat dan tokoh – tokoh Islam sepanjang sejarah telah membuktikan keluarbiasaannya. Karena penyerahan diri secara total kepada Allah dan kepercayaan mereka kepada pertolongan Allah Yang Maha Kuasa telah memberikan tenaga yang melebihi kemampuan manusia biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar